6 Cara Kendalikan Emosi Saat Anak Berulah

6-cara-kendalikan -emosi-saat-anak-berulah
Ilustrasi Ayah Emosi Terhadap Anak (koleksi cerdasbuatan.com)
Setiap orangtua pasti pernah mengalami momen di mana emosi begitu meluap hingga hampir membuat mereka kehilangan kendali saat menghadapi ulah anak-anak. Sebagai orangtua, memiliki keterampilan mengendalikan emosi adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan mendukung perkembangan anak. 

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mengendalikan amarah saat anak berulah bukanlah perkara yang mudah. Meskipun kita berniat untuk tidak lagi membentak saat marah pada anak, namun ketika sedang dalam kondisi emosi yang tinggi, seringkali sulit untuk mengontrolnya. Namun, kunci untuk mengendalikan amarah sebenarnya terletak pada perencanaan dan taktik yang matang untuk menghadapi situasi yang memancing emosi. 


Berikut ini adalah beberapa langkah bijak yang bisa Anda terapkan jika Anda ingin berhenti membentak saat memarahi anak, apa pun tingkat kemarahannya.

1. Keluar dari Area Konflik
Seringkali, anak-anak cenderung membuat ulah di rumah, seperti merusak barang atau menolak melakukan apa yang diminta. Saat hal ini terjadi, dan Anda merasa emosi sudah mulai meluap, mintalah bantuan dari pasangan Anda. Biarkan pasangan Anda mengatasi situasi tersebut. Bukan berarti Anda menghindar dari masalah, tapi dengan memberi pasangan ruang untuk menangani situasi, mereka cenderung lebih tenang dan bisa lebih bijaksana dalam menghadapinya.

Di sisi lain, ketika situasi sebaliknya terjadi, jangan segan untuk segera mengambil alih masalah, ketika melihat pasangan mulai kehilangan kendali emosi. Saling membantu dan mendukung dalam menghadapi anak yang berulah adalah kunci penting dalam mengatasi tantangan ini.

2. Biarkan Anak Tahu Anda Marah
Alih-alih membentak anak secara langsung, tarik napas panjang dan sampaikan dengan lembut, "Ibu sedang marah sekarang." Meskipun mungkin anak akan merespons dengan emosi juga, setidaknya dengan cara ini, tercipta saluran komunikasi antara Anda dan anak. Anak akan merasa lebih dihargai karena perasaannya diakui, meskipun Anda tetap harus memberi tahu mereka bahwa tindakan mereka tidak dapat diterima.

Setelahnya, Anda bisa memberi mereka ruang untuk menenangkan diri sejenak. Anda juga bisa menggendong anak atau memangkunya dan bilang, "Coba kita sekarang diam dulu sebentar sampai tenang." Saat Anda dan anak sudah lebih tenang, komunikasi akan lebih lancar dan pembelajaran untuk kedua belah pihak bisa berlangsung dengan lebih baik.

3. Beri Batas Waktu
Salah satu aspek yang membuat kemarahan begitu menakutkan adalah ketidakpastiannya. Orangtua kadang merasa terjebak dalam emosi marah dan tidak tahu kapan semuanya akan kembali normal. Menetapkan batas waktu untuk kemarahan Anda bisa memberikan efek yang luar biasa.

Misalnya, katakan pada anak dengan bijaksana, "Ibu sangat marah sekarang, jadi ibu akan mencuci piring dan mencoba menenangkan diri. Nanti setelah ibu selesai, ibu tidak akan marah lagi." Dengan demikian, Anda memberikan pemahaman pada anak bahwa kemarahan juga punya batas waktunya. Jelaskan dengan lembut mengapa Anda marah dan mengapa Anda perlu waktu untuk tenang.

Ucapan ini mungkin akan memicu reaksi dari anak, seperti rengekan atau tangisan, "Aku tidak mau ibu marah sama aku." Jangan tinggalkan anak begitu saja. Berikan pengertian dengan lembut, "Ibu tidak marah sama kamu, ibu masih sayang kamu. Tapi kamu belum selesai makan dari tadi, dan sekarang sudah sangat malam." 
Jelaskan juga bahwa Anda merasa lelah dan butuh waktu untuk menenangkan diri, dan anak perlu untuk meneruskan makan sampai selesai. Biasanya, setelah penjelasan yang baik, anak akan lebih kooperatif dalam mengikuti permintaan Anda.

Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk memeluk anak untuk memastikan dia tahu semuanya baik-baik saja dan Anda tetap mencintainya.

4. Lihat dari Perspektif yang Berbeda
Terkadang, cara terbaik untuk menenangkan diri adalah dengan menempatkan diri pada perspektif yang berbeda. Sebelum marah, coba ingat-ingat kembali saat Anda masih kecil dan juga pernah menghadapi situasi serupa seperti anak Anda. Tentunya Anda juga pernah ingin bermain terus-menerus tanpa memikirkan konsekuensinya, bukan?
Dengan memahami perasaan anak dan melihat dari sudut pandang mereka, Anda bisa lebih sabar dan bijaksana dalam menghadapinya. Anda akan lebih cenderung mengarahkan anak dengan pengertian daripada langsung meledakkan amarah.

5. Gunakan Cerita Sebagai Alat Komunikasi
Anak-anak suka mendengar cerita. Oleh karena itu, salah satu keahlian yang perlu diasah orangtua adalah bagaimana mengarang cerita yang baik. Kenapa? Karena cerita bisa Anda gunakan sebagai "senjata" saat menghadapi anak yang tantrum dan tidak mau mendengarkan Anda.

Misalnya, anggap saja tokoh kesukaan anak adalah Upin dan Ipin. Jadi, ketika anak sedang tidak mau tidur siang, tak peduli bagaimana pun Anda membujuknya, mulailah dengan mengatakan, "Kamu tahu enggak apa yang terjadi pada Upin dan Ipin waktu mereka enggak mau tidur siang?"

Artikel Menarik : Cara Motivasi Belajar Anak

Pancing anak untuk naik ke kasur, dan lanjutkan cerita saat kondisinya sudah berbaring. Saat cerita usai, biasanya anak juga sudah hanyut ke alam mimpi. Cara ini tidak hanya akan mengalihkan perhatiannya, tetapi juga memberikan pesan dan pembelajaran yang efektif melalui cerita.

Lakukan hal yang sama untuk kasus-kasus lain, seperti ketika anak tidak mau makan, tidak mau menggosok gigi, dan situasi lainnya. Dengan cerita yang menarik, anak akan lebih tertarik untuk mengikuti apa yang Anda minta.

6. Bayangkan Efek Sesudahnya
Tips terakhir ini sangat berguna ketika Anda sedang menghadapi hari yang buruk dan mudah marah. Ketika hal dan kesalahan kecil saja bisa membuat Anda meledakkan emosi. Cara terakhir yang bisa Anda lakukan agar bisa menahan diri dari memarahi atau membentak anak adalah: bayangkan apa yang terjadi setelahnya.

Tidak ada orangtua yang merasa senang setelah mereka memarahi anaknya. Ingatkan diri Anda pada rasa bersalah itu, rasa tidak nyaman di perut yang bisa sampai membuat Anda menggeretakkan gigi. Bayangkan juga wajah anak yang kaget dan tak percaya melihat kemarahan Anda. Mimik wajah mereka biasanya adalah perwujudan dari rasa tak percaya bahwa Anda bisa "menyakitinya" dengan bentakan Anda. Jangan lupakan juga rasa pahit di mulut Anda, saat melihat anak akhirnya tertidur, setelah kelelahan karena terus menangis. Atau rasa takut di matanya karena melihat Anda mengamuk.

Dengan membayangkan konsekuensi dari tindakan Anda, Anda akan lebih sadar dan termotivasi untuk menahan diri dari meledakkan emosi. Ingatlah bahwa tindakan tersebut tidak hanya akan mempengaruhi hubungan Anda dengan anak, tetapi juga bisa memberikan dampak jangka panjang terhadap perkembangan emosional dan mental anak.
Jangan sampai semua kejadian negatif itu terulang lagi. Pastikan Anda menggunakan semua trik dan "senjata" yang ada untuk memastikan, mimik pahit itu tak lagi ada di wajah anak. Dan rasa tidak nyaman akibat rasa bersalah itu tak lagi menyertai Anda.

Kesimpulannya, menghadapi anak yang berulah dengan bijaksana memerlukan kesabaran, komunikasi, dan pemahaman. Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, Anda akan mampu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis, memperkuat ikatan dengan anak, dan membantu anak belajar mengelola emosinya dengan lebih baik. Sebagai orangtua, Anda adalah sosok panutan bagi anak-anak, dan cara Anda menangani emosi akan membentuk pola pikir dan perilaku mereka ke depannya.
Cerdas Buatan
Cerdas Buatan Tak perlu menjelaskan kepada siapapun siapa dirimu. Karena, siapapun yang suka kepadamu tak membutuhkan itu, dan yang membencimu tak mempercayai itu.

Post a Comment for "6 Cara Kendalikan Emosi Saat Anak Berulah"